Sebenarnya, budidaya kangkung hidroponik dengan sistem wick bisa diterapkan dengan mudah di rumah. Sistem ini tidak perlu menggunakan alat khusus dan pompa air dengan tenaga listrik. Cara kerjanya menggunakan tali sumbu yang diletakkan di dekat akar tanaman. Tujuannya agar nutrisi dan air bisa mengalir ke akar melalui tali sumbu.

Cara Budidaya Kangkung hidroponik dengan Sistem Wick
Seperti yang kita tahu, kangkung merupakan salah satu jenis sayuran yang lazim dijadikan sebagai menu makanan di Indonesia. Namun, tahukah bahwa ada cara budidaya kangkung yang lebih mudah dan tidak membutuhkan waktu lama? Langsung saja, berikut pandungan untuk menanam kangkung dengan hidroponik sistem wick.
Siapkan Alat dan Bahan
Pertama-tama, siapkan berbagai perlengkapan hidroponik untuk menanam kangkung. Saat tahap penyemaian, petani perlu menyiapkan benih kangkung, media tanam rockwooll, nampan air loyang dan semprotan air. Selain itu, petani juga perlu menyiapkan air nutrisi dari larutan AB mix.
Setelah masa penyemaian selesai dan larutan sudah diracik, saatnya untuk memindah tanaman. Alat yang digunakan adalah bak atau wadah penampung air hidroponik lengkap dengan papannya. Selain itu, ada tali sumbu, TDS meter dan bibit kangkung.
Kemudian, siapkan wadah sederhana dari bak atau botol bekas. Petani bis berkreasi dengan berbagai barang bekas di lingkungan sekitar.
Proses Penyemaian
Rendam benih kangkung di dalam air selama 6-12 jam. Kemudian, potong media tanam rockwool dengan ukuran 2.5 cm x 2.5 cm. Buatlah lubang menyebar pada permukaan rockwool menggunakan batang lidi.
Lanjut, semprot rockwool dengan air sampai basah. Masukkan benih kangkung dalam rockwool tersebut. Bungkus rockwool dengan plastik dan diamkan selama 24 jam.
Setelah itu, buka bungkus plastik. Umumnya, benih untuk budidaya kangkung hidroponik akan mulai berkecambah. Letakkan benih di bawah sinar matahari. Jangan lupa untuk menyemprot rockwool jika mulai mengering.
Siapkan Nutrisi
Tahap selanjutnya, siapkan 3 liter air dan masukkan 10 ml larutan cair A serta 10 ml larutan cair B ke dalam baskom. Aduk air dan ukur kepekatan dengan TDS meter.
Setelah pindah tanam, beri kepekatan nutrisi 500 ppm. Minggu selanjutnya 800 ppm dan terakhir 1000-1400 ppm.
Kepekatan air ini tergantung pada suhu dan phnya. Jika air terlalu pekat, tambahkan beberapa mililiter air. Namun jika air kurang pekat, tambahkan larutan cairan AB mix.
Tahap Pindah Tanam
Setelah bibit kangkung memiliki 4 helai daun atau sekitar 7-14 hari, pindahkan bibit. Pada masa ini, kangkung sudah bisa mendapatkan nutrisi hidroponik secara langsung.
Berikut langkah-langkahnya.
- Pertama, isi bak air dengan larutan AB mix. Sebaiknya, jangan isi air sampai penuh. Sisakan 5-7 cm dari permukaan bak.
- Tutup bak dengan penutup khusus yang sudah dilubangi.
- Lanjut, selipkan tali sumbu di sela-sela lubang bawah netpot. Tali sumbu ini berfungsi untuk menyerap air nutrisi dan mengantarnya ke tanaman.
- Jika sudah, masukkan rockwool dengan bibit kangkung ke dalam netpot.
- Lalu, masukkan netpot ke dalam lubang penutup bak. Selesai, proses pindah tanam sudah berhasil dilakukan.
Setelah proses pindah tanam selesai, letakkan kangkung di bawah sinar matahari. Ganti air nutrisi jika sudah berlumut.
Setelah kangkung dewasa atau sekitar 25-35 hari, sayur siap dipanen. Caranya, lepas bagian netpot dan cabut rockwool dari akar tanaman.
Cara menanam kangkung dengan sistem wick juga bisa dilihat di kanal Youtube HIDROPONIKPEDIA®. Setelah melakukan proses penanaman untuk budidaya kangkung hidroponik seperti di video, terlihat perkembangan yang signifikan. Setelah umur 20 hari, kangkung bisa dipanen. Pemanenan ini bisa dicabut langsung atau dipotong. Dari video terlihat kangkung cukup lebat dan hijau.
Perbedaan Hasil Hidroponik vs Pertanian Tradisional
Seperti yang kita tahu, pertanian sistem hidroponik dan tradisional sangatlah berbeda. Lantas, sistem manakah yang paling baik untuk diterapkan?
Dilihat dari efisiensi dan hasilnya, sistem hidroponik jauh lebih efisien. Hasil panen juga lebih tinggi karena lingkungan yang terkendali. Sementara itu, pertanian tradisional membutuhkan banyak lahan. Hasil panen juga bergantung pada kondisi alam dengan rata-rata hasil rendah.
Di sisi lain, fleksibilitas hidroponik terbatas pada jenis tanaman tertentu. Sementara pertanian tradisional lebih fleksibel. Petani bisa menanam berbagai jenis tanaman, tergantung musim yang sedang berlangsung.
Bagaimana, sudah paham bukan? Budidaya kangkung hidroponik bisa diterapkan di rumah, bahkan dengan lahan sempit sekalipun. Oleh sebab itu, jadian paduan di atas untuk memulai kangkung hidroponik yang sukses dan berhasil. /Siti



