Sistem aeroponik adalah salah satu metode dalam teknik hidroponik yang memungkinkan tanaman tumbuh tanpa menggunakan media tanam seperti tanah. Pada sistem ini, akar tanaman dibiarkan tergantung di udara dan secara berkala disemprot dengan larutan nutrisi.
Nutrisi diserap langsung oleh akar dalam bentuk kabut atau uap air yang mengandung zat hara. Dengan cara ini, tanaman dapat memperoleh air dan nutrisi secara efisien dan optimal.

Pengertian Sistem Aeroponik
Menurut Ahmad Baihaqi, dkk dalam buku Agribisnis Hidroponik bagi Enterpreneur: Budidaya hingga Pemasaran Digital (2022:20), istilah “aeroponik” berasal dari kata “aero” yang berarti udara dan merujuk pada teknik budidaya tanaman tanpa media tanam. Sistem tanam aeroponik merupakan metode budidaya tanaman yang dilakukan dengan menyuplai nutrisi langsung ke akar melalui media udara.
Nutrisi diberikan dalam bentuk kabut air yang dihasilkan oleh mesin khusus. Sehingga akar tanaman dapat menyerap nutrisi secara efisien tanpa harus terendam dalam air atau media tanam lainnya. Dengan memanfaatkan ekosistem udara sebagai perantara utama, sistem aeroponik dianggap sebagai salah satu metode terbaik dalam budi daya tanaman sayuran secara modern dan berkelanjutan.
Kelebihan
Penggunaan sistem tanam aeroponik memiliki berbagai kelebihan. Beragam kelebihan tersebut menjadikannya alternatif menarik dibandingkan metode budidaya tradisional. Salah satu keunggulan utamanya adalah efisiensi penggunaan air, karena sistem ini menggunakan hingga 90% lebih sedikit air dibandingkan pertanian konvensional. Hal ini sangat bermanfaat bagi petani yang berada di daerah dengan ketersediaan air terbatas.
Selain itu, tanaman yang dibudidayakan dengan metode aeroponik cenderung lebih cepat panen dibandingkan dengan tanaman yang ditanam di tanah. Akar tanaman yang menggantung dan langsung menerima nutrisi dalam bentuk kabut memungkinkan penyerapan nutrisi yang lebih efektif, sehingga hasil panen menjadi lebih tinggi.
Sistem ini juga tidak menggunakan pestisida atau pupuk kimia sehingga menjadikannya lebih ramah lingkungan. Di samping itu, aeroponik relatif lebih mudah dikelola karena tidak memerlukan banyak tenaga kerja maupun peralatan, sehingga dapat menjadi solusi praktis dan efisien dalam pertanian modern.
Kekurangan Dari Penggunaan Sistem Budidaya Aeroponik
Meskipun memiliki banyak kelebihan, sistem aeroponik juga memiliki beberapa kekurangan yang perlu dipertimbangkan sebelum diterapkan. Salah satu tantangan utamanya adalah kebutuhan modal awal yang cukup tinggi. Karena pembangunan sistem ini memerlukan peralatan khusus yang biayanya lebih mahal dibandingkan dengan budidaya tradisional.
Selain itu, sistem tanam aeroponik sangat bergantung pada listrik untuk mengoperasikan pompa dan sistem penyemprotan nutrisi, sehingga rentan terhadap gangguan jika terjadi pemadaman listrik. Tanaman yang ditanam dengan metode ini juga cenderung lebih rentan terhadap serangan hama dan penyakit, sehingga membutuhkan perhatian ekstra.
Di samping itu, sistem tanam aeroponik memerlukan keterampilan teknis yang cukup untuk dapat dikelola dengan benar. Dengan demikian tidak semua orang dapat langsung mengoperasikannya tanpa pelatihan atau pengetahuan dasar terlebih dahulu.
Manfaat Aeroponik Bagi Petani
Sistem budidaya aeroponik merupakan salah satu inovasi dalam bidang pertanian yang memberikan manfaat besar, terutama bagi petani yang tidak memiliki lahan. Berbeda dari metode konvensional, sistem ini tidak memerlukan tanah sebagai media tanam. Sebagai gantinya, digunakan bahan seperti styrofoam untuk menopang tanaman.
Budidaya aeroponik sangat cocok diterapkan di wilayah perkotaan dengan lahan yang terbatas, karena sistem ini efisien dalam penggunaan ruang dan air. Keberhasilan budidaya aeroponik sangat bergantung pada proses oksigenasi yang terjadi pada butiran kabut yang menyentuh akar tanaman. Kabut tersebut membantu meningkatkan kadar oksigen terlarut yang dibutuhkan akar untuk tumbuh optimal.
Dilansir dari channel YouTube Seputar_Pertaniaan, sistem aeroponik vertikal terbukti hemat air dan tempat. Meskipun prinsip dasarnya mirip dengan hidroponik, perbedaannya terletak pada posisi akar yang dibiarkan menggantung di udara dan hanya disemprotkan larutan nutrisi secara berkala. Dengan cara ini, tanaman tetap mendapatkan suplai nutrisi yang cukup sambil memaksimalkan pertumbuhannya.
Jenis-Jenis Aeroponik
Terdapat beberapa jenis sistem budidaya aeroponik yang berbeda, masing-masing memiliki karakteristik dan kegunaan tersendiri. Sistem tekanan rendah biasanya digunakan oleh petani rumahan karena lebih sederhana dan murah dalam hal peralatan dan instalasi. Sebaliknya, sistem tekanan tinggi umumnya digunakan untuk produksi dalam skala besar, karena lebih efisien dalam penyemprotan nutrisi dan mendukung pertumbuhan tanaman secara optimal.
Selain itu, ada juga sistem bak horizontal, di mana tanaman diletakkan pada papan berlubang dengan akar yang menggantung ke dalam bak, lalu disemprot secara terus menerus dengan larutan nutrisi. Jenis lainnya adalah sistem kolom vertikal, di mana tanaman ditempatkan di sisi struktur vertikal yang memiliki rongga khusus untuk akar.
Dalam sistem ini, nutrisi disemprotkan secara terus menerus pada akar yang menggantung di dalam kolom. Terakhir, terdapat sistem struktur A, di mana tanaman ditanam pada styrofoam atau plastik berlubang yang dipasang pada rangka besi berbentuk huruf A. Akar tanaman disemprot langsung dengan larutan nutrisi dari bawah.
Demikian penjelasan mengenai sistem aeroponik, meliputi kelebihan, kekurangan, serta berbagai jenisnya. Dengan keunggulan dalam efisiensi lahan dan air, sistem ini sangat cocok diterapkan oleh petani yang memiliki lahan terbatas, terutama di wilayah perkotaan. /tasya